Wednesday, February 27, 2008

Madinah I


Sholawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya dan sahabat-sahabatnya.

Madinah tampak lebih tenang dibandingkan dengan Mekkah.
Walaupun suhu sangat dingin mencekam namun suasana hangat terasa dalam hati. Serasa tiba di"rumah", hommy sekali.
Bersama jamaah lain kami bersemangat melaksanakan sholat berjamaah di Masjid Nabawi dalam rangka mengejar "arbain".
Walaupun ada pendapat bahwa "arbain" ini adalah sunnah yg hanya didukung hadits yg lemah namun kami tidak mau melewatkan sholat berjamaah di Masjidil Haram di Madinah. Masjid Nabawi tetap disebut Masjidil Haram di Madinah.
Haramain berarti dua tempat haram yaitu Masjidil Haram di Mekkah & di Madinah.
Jarak yg cukup "dekat" menjadi penyemangat untuk kami bolak-balik ke Masjid.
Salah satu yg dikejar oleh jamaah adalah kesempatan sholat di "taman-syurga" Raudhatul Jannah . Tempat yg mustajab bagi orang yang bermunajat.
Bagi jamaah laki-laki setiap saat kita dapat mencoba untuk ke Raudhah. Dengan cukup kesabaran kita dapat sholat dan sedikit waktu untuk berdoa di Raudhah. Kita harus sabar mengantri berdesakan namun masih dalam batas kewajaran saya dalam usaha memasuki Raudhah. Tidak harus mendzolimi saudara kita yg lain, hanya antri berdesakan.
Sholat dan berdoa secukupnya jangan terlalu lama. Insya'Allah dengan kita memberi kesempatan orang lain berdoa di Raudhah, doa kita lebih mustajab lagi.
"Assalamu'alaikum Yaaa Rasulullah"
"Assalamu'alaikum Yaaa Nabiyullah"
"Assalamu'alaikum Yaaa Habibullah"
"Salam dan sholawat kepada kekasihNya, nabi, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan semua sahabatnya" setiap kali kita melewati makam beliau.
Perasaan bercampur aduk, senang bisa berada di "rumah" beliau, sedih karena waktu yg sangat singkat untuk beramah-tamah dengan beliau.

Friday, February 08, 2008

Perjalanan Mekkah - Madinah



Setelah Sholat Jum'at di Masjid Al-Ijabah kami segera makan siang dan bersiap untuk berangkat ke Madinah.
Persiapan koper sudah dilakukan kemarin malam. Karena hari ini kami tawaf wada dan sholat jum'at tidak ada kegiatan lain lagi selain persiapan pengumpulan koper dan barang tentengan ke Madinah.

Perjalanan mulai tepat waktu Ashar, saya sendiri sudah sholat Ashar jama' taqdim.

Terlihat bekas banjir di jalan-jalan yg kami lalui. Hujan tadi pagi ternyata cukup luas.
Udara mulai terasa dingin. Perjalanan diperkirakan sekitar 5-6 jam. Sepanjang perjalanan radio di bus kami mengumandangkan Al-Qur'an atau pengajian dari Ustadz yg sayangnya kami tdk mengerti.

Dingin yg mencekam dan tempat duduk yg sempit membuat beberapa jamaah mulai merasa ingin buang air kecil. Kami berhenti di SPBU. Dengan segera kami mencari toilet.
Ternyata udara diluar lebih dingin daripada di dalam bus, angin berhembus cukup kencang. Alhamdulillah ada restaurant menjual teh susu panas.

Mendekati Madinah, bentuk rumah-rumahnya berbeda dengan di Mekkah. Di Madinah rumah-rumah memiliki pagar yg agak tinggi. Walaupun jarak dari pagar ke tembok rumah hanya 1-2 meter. Satu rumah dengan rumah lain agak terpisah.

Kami tiba di Maktab Madinah sekitar pukul 10 malam WAS. Dingin dan angin terasa menusuk hidung. Kembali pengaturan kopor dan air zam-zam agak kurang terkoordinasi.
Kami mendapat kamar yg berisi 11 (sebelas) orang, dengan 1 kamar mandi/toilet.

Segera kami menuju Masjid Nabawi untuk sholat Maghrib jama' takhir Isya.
Tidak lupa mengenakan surban untuk melindungi kepala & hidung dari dingin dan angin.

Wednesday, February 06, 2008

Tawaf Wada



Kami Tawaf wada tanggal 11 Januari 2008, hari Jum'at.
Dengan rencana kami akan ke Masjidil Haram jam 3 pagi WAS, untuk sholat tahajud, sholat shubuh, sholat syuruq, dhuha dan kemudian terakhir tawaf wada.
Ternyata Allah SWT memberikan berkah kepada Kota Mekkah berupa hujan deras dari sekitar jam 3 pagi sampai menjelang shubuh jam 5.
Normalnya beberapa hari setelah lebaran haji biasanya hujan, namun sampai 2 minggu setelah Idhul Adha masih belum turun hujan di Mekkah. Hingga Imam Masjidil Haram mengajak jamaah untuk ikut sholat istisqa. Alhamdulillah beberapa hari kemudian hujan turun yaitu pada pagi hari ini.
Kami dengan sabar menunggu sampai hujan reda. Beberapa lama hujan mulai, jalan di depan maktab kami mulai terlihat banjir. Terlihat seperti sungai dengan air yg cukup deras, dengan kedalaman sekitar semata kaki atau lebih.
Menjelang waktu shubuh hujan mereda, gerimis tipis-tipis, suhu yg biasanya cukup dingin tanpa hujan kali ini semakin dingin.
Setelah azan shubuh terdengar kami berjalan menuju Masjid Al-Ijabah, sepanjang jalan terlihat pasir, kerikil dan batu yg terbawa banjir tadi sehingga agak sulit kami memilih pijakan.
Setelah sholat shubuh kami kembali ke maktab dan ternyata sebagian dari jamaah telah siap menuju ke Haram.
Kami menuju jalan raya, menunggu mobil yg mau mengangkut kami ke Haram.
Sepanjang jalan terlihat gundukan pasir dan batu berserakan.
Kami turun di dekat pintu keluar Marwah. Kelihatannya banyak toko di Pasar Seng yg bocor sehingga barang dagangannya basah. Banyak buku yg di keluarkan dari tokonya.

Kami masuk ke Masjidil Haram sekitar jam 6:45 WAS. Saya harus buang air kecil & berwudhu. Masuk ke pintu Marwah, terus menuju pelataran Ka'bah.
Cuaca cukup mendung namun sudah mulai terang. Saya sholat sunnah. Sholat tahiyatul masjid, sholat syuruq, sholat dhuha dan sholat tasbih. Terasa sekali beratnya untuk meninggalkan ka'bah. Air mata tak terbendung mengalir. Berharap kepada Allah SWT agar dapat diberikan kesempatan untuk kembali berkunjung ke Baitullah ini. Kembali lagi ....
Ternyata gerimis mulai sedikit deras.
Saya mengurungkan niat untuk tawaf wada di pelataran ka'bah.
Saya melihat ke lantai 2 masjid. Terlihat kosong.
Saya berpikir bahwa tawaf wada ini harus saya isi dengan sebanyak mungkin dzikir dan saya tidak mau cepat-cepat selesai dalam tawaf wada. Jarak yg jauh mudah-mudah dapat membantu kekhusukan tawaf.
Segera saya naik ke lantai dua. Ternyata tangga ke lantai dua basah. Ada kebocoran di Masjid dekat tangga hingga airnya mengalir membanjiri tangga.
Dengan hati-hati saya meniti pinggir tangga dengan berpegangan karena tangga menjadi sangat licin.
Lantai dua benar-benar kosong, hampir-hampir saja saya takut melakukan tawaf. Namun saya serahkan ketakutan saya kepada Allah SWT semata. Mohon perlindungan kepadaNya. Saya mulai tawaf wada.
Berat sekali untuk meninggalkan Haram, kembali air mata mengalir dalam tawaf saya. Bersyukur hampir tidak ada orang yg melihat kondisi saya.
Berulang-ulang saya memohon kepada Allah SWT agar berkesempatan kembali untuk menghajikan orang tua. Doa-doa lain menjadi lebih terasa dalam.
Semakin mendekati akhir tawaf berat tidak hanya terasa di hati, sampai-sampai kaki ini berat melangkah enggan mengakhiri tawaf.
Akhir tawaf, kami sholat diantara pintu Ka'bah dan maqam Ibrahim.
Berulang-ulang doa kami adalah mohon diizinkan untuk dapat kembali ke Masjidil Haram.