Pak Ahmad memang sudah dikenal rajin sholat berjamaah. Sebagai bos dia memang memberi contoh yg baik sehingga banyak anak buahnya yg ikut berjamaah.
Pak Sholeh tiba-tiba saja rajin sholat berjamaah. Tentu jamaah mesjid menjadi senang.
Setelah beberapa waktu berlalu, muncul pembicaraan kalo Pak Sholeh itu rajin berjamaah karena Pak Ahmad yg menjadi Manager Divisi juga rajin berjamaah dan sebentar lagi ada evaluasi kenaikan jabatan di kantor.
Mulailah orang sering menyindir-nyindir Pak Sholeh. Sehingga akhirnya Pak Sholeh malu datang ke masjid karena niatnya kurang bersih alias riya.
Bu Aminah selalu rajin datang ke pengajian kampung. Tetapi sudah menjadi rahasia umum kalo Bu Aminah ini doyan gosip, membicarakan orang lain. Ibu-ibu lain yg kurang berkenan mulai melancarkan serangan balik. Mulailah gerakan "anti kemunafikan" dihembuskan.
Hasilnya Ibu Aminah berhenti dari pengajian tersebut.
Siapakah kita, memangnya bisa melihat niat orang lain bahkan menilainya.
Justru kita terjebak pada prasangka buruk.
Apapun "bukti" dari niat orang lain, lebih baik kita menjaga fakta yg baik.
Lebih baik menjaga fakta bahwa Pak Sholeh rajin sholat berjamaah daripada membicarakan niatnya.
Siapa tahu karena rajin berjamaah niatnya jadi lurus.
Lebih baik menjaga fakta bahwa Ibu Aminah rajin datang ke pengajian daripada mengusirnya karena sifat buruknya.
Siapa tahu karena rajin ikut pengajian sifat buruknya berkurang.