Agak kurang terasa memikat saat membacanya. Mungkin karena novel ini merupakan sequel yang kesekian dari Robert Langdon.
Kesannya seperti membaca buku Travel Guide beberapa kota tua di Eropa. Walaupun beberapa kalimat dari Devine Comedy karya Dante Alighieri dikutip sebagai inspirasi utama namun justru eksploitasi modifikasi lukisan mappa dell'inferno karya Botticelli jadi bagian penting dari cerita.
Sama dengan plot-plot Robert Langdon yang sebelumnya, dia harus memecahkan teka-teki simbol-simbol tertentu dan pergi ke suatu tempat untuk menemukan teka-teki lain. Dengan ditemani oleh gadis cantik yang pintar dan selalu dikejar-kejar oleh beberapa pihak keamanan atau pembunuh bayaran. Juga tenggat waktu yang singkat memompa ketegangan cerita.
Bagi yang telah mengetahui atau pernah jalan-jalan di kota-kota tua yang pernah menjadi pusat kebudayaan Eropa disekitar tahun abad 14 dan 15 rasanya agak lebih mudah ditebak kemana saja alur cerita dibawa.
Beberapa poin yang kurang kuat adalah :
- kemampuan Consortium atau "the provost" dalam membereskan "masalah",
- cerita mengenai SF2080,
- peran Ferris.
Akhir yang melandai juga kurang bersemangat dalam menyelesaikan cerita.
Jakarta/Depok, Mei 2013
No comments:
Post a Comment