Friday, January 25, 2008

Muzdalifah


Perjalanan menuju Muzdalifah mempunyai tantangan tersendiri.
Dimulai sebelum maghrib namun hari telah gelap.
Memotong jalan melalui semacam saluran air yg kering. Saluran ini kira-kira sedalam 3 atau 4 meter dengan lebar sekitar 150 meter namun hanya berisi pasir.
Beberapa kendaraan 4wheel drive melintas meninggalkan debu tebal berterbangan. Jemaah wajib menggunakan masker. Masker yg praktis adalah masker dengan karet yg dapat dilingkarkan ke telinga. Masker yg menggunakan pita yg perlu diikat dahulu lebih sulit dan repot digunakan.
Penerangan yg sangat minim di tambah tebalnya debu membuat jamaah agak sulit melihat bendera rombongan.
Setelah melewati kolong jembatan pertama kami menuju jembatan kedua. Aa' Gym memanjat dinding saluran maka jamaah mengikutinya. Dinding ini cukup terjal dengan kemiringan sekitar 30-40 derajat serta permukaan dinding yg halus membuat beberapa jamaah yg mencoba memanjat jadi melorot kembali ke bawah. Tanpa bantuan tarikan dari atas agak sulit mencapai atas dinding.
Setelah cukup banyak jamaah yg berhasil naik ternyata ada keraguan bahwa ini bukan jembatan yg semestinya kami naiki. Yg dituju adalah jalan pedestrian. Jalan dimana tdk ada kendaraan yg lewat, hanya jemaah yg berjalan kaki saja.
Sedangkan di atas jembatan ini banyak sekali kendaraan bus dan lainnya. Dengan bantuan GPS Aa' Gym memastikan bahwa ini bukan jalan yg benar. Dengan segera kami turun kembali ke bawah.
Tampaknya ada seorang jamaah yg tertinggal diatas dan terus berjalan di atas dinding saluran. Beliau akhirnya turun juga setelah kita panggil-panggil untuk turun.

Seseorang kembali menaiki dinding dekat jembatan berikutnya. Kami memanggilnya agar jangan naik dulu sebelum pasti bahwa itu jembatan yg benar. Akhirnya dia berteriak " Ini Aa' ... ini Aa' ... Ini jembatan yg betul ... Ini jalan pedestrian." Ternyata yg naik ke atas dinding adalah Aa' Gym. Pandangan di malam hari dengan sedikit sekali penerangan ditambah debu padang pasir kami tidak dapat mengenali beliau.

Maka kami naik ke atas dengan cara saling membantu. Yg sudah sampai ke atas menarik orang yg dibawah. Sampai di atas. Aa' Gym meminta agar dibentuk 1 tim pendahulu terdiri dari 20 (?) orang yg masih kuat untuk mendahului rombongan dan memilih tempat di Muzdalifah agar rombongan dapat berkumpul untuk bermalam.
Sepanjang jalan banyak sekali (betul-betul banyak sekali) jamaah lain yg bertanazul. Kepadatan ini membuat jamaah sulit melihat bendera rombongan walaupun banyak lampu jalan. Masing-masing berusaha agar tetap berkumpul di dekat bendera-bendera rombongan. Jemaah yg dapat berjalan lebih cepat harus menahan diri agar jemaah yg berjalan lebih lambat tidak tertinggal di belakang.

Sampai di tempat yg telah dipersiapkan tim pendahulu, kami menggelar tikar/sleeping-bag untuk tempat bermalam. Tempatnya di pinggir jalan tanpa tenda. Hotel bintang seribu karena kita bisa tidur sambil melihat banyaknya bintang di langit. Banyak orang lalu lalang di dekat tempat kami tidur. Sepertinya karena cukup kelalahan kami tdk memperdulikan orang yg lewat dan tetap dapat tidur. Sebelumnya jemaah sholat Maghrib dan Isya di jama'. Kemudian mengumpulkan 80 - 100 kerikil untuk jumrah.
Toilet agak sulit karena kepadatan jamaah lain yg juga bermalam di tempat yg sama.
Sekitar jam 2 kami bangun untuk tahajud dan bersiap untuk berangkat.
Disekitar kami sudah banyak tumpukan sampah karena banyaknya pejalan kaki sehingga sampah terbawa ke pinggir.

Tiba di perbatasan Muzdalifah-Mina kami berhenti untuk menunggu waktu shubuh dan sholat shubuh berjamaah.

No comments: